Ilustrasi (ist)
intelijen – Penerapan teknologi digital secara nyata terus mentransformasi bisnis, dan salah satu industri yang terkena dampak terbesar adalah industri finansial.
“Salah satu yang menyebabkan hal tersebut adalah tingkat pengguna internet yang terus meningkat,” ujar Fetra Syahbana Country Manager F5 di Indonesia.
“Di Indonesia, misalnya. Pada akhir 2015, pengguna internet di Indonesia mencapai 93,4 juta jiwa, meningkat jika dibandingkan dengan 88,1 juta jiwa pada 2014,” tambahnya.
Hal tersebut menjadi bukti betapa banyak kemudahan yang ditawarkan berkat digitalisasi. Akan tetapi, layaknya dua mata sisi uang, digitalisasi juga dapat menimbulkan risiko yang lebih besar.
Ia menyatakan, risiko ini didorong oleh semakin banyaknya instrumen finansial yang didigitalisasikan, sehingga menciptakan kesempatan dan celah yang lebih banyak bagi penjahat siber untuk menyerang target mereka.
“Dari online banking hingga transaksi point-of-sales, kini kehidupan kita semakin terhubung dan hal ini membuat risiko keamanan juga kian meningkat,” ungkap Fetra seperti dilansir Okezone, Kamis (23/6/2016).
Sebagaimana diketahui, baru-baru ini situs milik publik bank sentral, Bank Indonesia (BI) dan Bank of Korea (Bank Sentral Korea Selatan) baru saja mengalami serangan peretas (hacker) Anonymous.
Bahkan, lanjut dia menurut data sepertiga organisasi di wilayah Asia saat ini telah terkena dampak dari kejahatan siber setiap tahunnya. Pada akhirnya, hal ini memaksa perusahaan untuk menerapkan strategi keamanan siber yang mampu secara langsung menangani risiko-risiko yang mengancam bisnis mereka.
“Ini sejalan dengan pepatah yang mengatakan bahwa lebih baik mencegah daripada mengobati, dan hal ini juga berlaku dalam mengamankan sistem dan data personal,” ungkap Fetra.
Karenanya, dibutuhkan perlindungan menyeluruh yang juga memungkinkan perusahaan untuk dapat memastikan bahwa setiap proses perlindungan tersebut, tidak akan menambah kerumitan baik dari sisi pengguna.
Diperlukan solusi yang mampu melindungi aplikasi dan data yang dialirkan melaluinya terlepas dari jenis, platform, serta tingkat keamanan siber dari setiap perangkat yang digunakan.
Atas hal itu, Fetra mengungkapkan F5 bekerjasama dengan banyak organisasi di wilayah Asia Pasifik untuk membantu mengamankan bisnis mereka, mengurangi risiko fraud, phishing, hacking, malware, dan berbagai jenis serangan lainnya.
F5 menawarkan WebSafe dan MobileSafe, keduanya dikembangkan secara khusus untuk memberikan perlindungan terhadap fraud dengan memanfaatkan enkripsi yang canggih, client-less malware detection, dan kemampuan session behavioral analysis.
“Solusi ini merupakan real-life threat intelligence yang didedikasikan secara khusus untuk menangani ancaman terbesar (serangan siber) bagi bisnis dan organisasi sekarang ini,” pungkasnya.(okezone)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar