TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Momentum Lebaran meninggalkan beragam kenangan indah dan kesenangan tak terlupakan. Pascamudik Lebaran menyisakan berjuta problematika kehidupan yang bila tidak segera diatasi berujung depresi tak berkesudahan.
Lebaran adalah ritual tahunan, bukan perayaan wajib. Namun, uniknya semua orang senantiasa berjuang mati-matian untuk dapat berlebaran di kampung halaman.
Ada yang rela menghabiskan dana berjuta-juta demi bakti kepada orang tua, berkumpul, bersilaturahmi dengan tetangga, reuni dengan sahabat lama.
Apapun ditempuh, demi merayakan kemenangan dan kembali kepada kesucian diri. Ibarat pesta, Lebaran memang pantas dirayakan. Meskipun semua tahu bahwa pesta pasti berakhir.
"Pestapora" itu pun seketika menjelma "bencana", terutama bila berjuta problematika menghadang di depan mata, terutama pascamudik Lebaran. Sebutlah dari kehabisan tiket pulang, merasakan macet yang luar biasa, cucian yang menumpuk, banyak tugas kantor yang belum terselesaikan, belum bukanya toko atau swalayan di dekat rumah.
Beruntunglah mereka yang terbiasa mandiri. Namun, bagi yang terbiasa dibantu asisten rumah tangga, pascamudik Lebaran ibarat "hantu" yang memusingkan. Mulai dari undangan silaturahmi bertubi-tubi, berdatangan tamu ke rumah untuk bersilaturahmi, berantakannya rumah akibat lama ditinggal mudik ke kampung halaman. Semua ini dapat berujung depresi, terutama bila mekanisme coping (pertahanan diri) lemah.
Menurut KBBI, depresi adalah gangguan jiwa pada seseorang yang ditandai dengan perasaan yang merosot (seperti muram, sedih, perasaan tertekan).
This entry passed through the Full-Text RSS service - if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.
Recommended article from FiveFilters.org: Most Labour MPs in the UK Are Revolting.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar