"Dalam desain fashion minang bukan berarti harus menggunakan 100 persen songket. Sedikit sentuhan saja dengan modifikasi tetap bermakna," kata dia setelah peragaan 16 pasang pakaian penganten modifikasi oleh Komunitas Designer Etnik Indonesia (KDEI) Sumatera Barat (Sumbar) di Hotel Bumi Minang Kota Padang, Senin.
Ia mengatakan saat ini sudah ada desainer di Sumbar yang menerapkan tampilan sederhana tersebut dan hal itu indah terlihat serta menarik di pasaran.
"Kesederhanaan inilah yang harus terus dikembangkan oleh para designer termasuk para pemula," ujar penasehat KDEI Sumbar itu.
Tips lainnya adalah tidak memasukkan semua etnik di dalamnya karena akan terlihat "terlalu penuh dan berat".
Dia mengingatkan bahwa dalam merancang suatu koleksi busana tidak boleh melupakan atau terlepas dari budaya setempat.
Ia mencontohkan busana muslim, memang menutup aurat namun tidak harus selalu menutup panjang dan bercermin dari luar negeri. Busana muslim bisa dengan tumpukan-tumpukan sarung yang lebih mengacu pada khas Indonesia.
"Saya harap para desainer terus berbenah dan mendengarkan masukan-masukan agar dapat lebih baik ke depannya," katanya.
Terkait peragaan 16 pasang pakaian penganten modifikasi oleh KDEI Sumbar itu ialah rangkaian dari even Minangkabau Fashion Festival 2016.
Pakaian penganten modifikasi itu merupakan rancangan designer Sumbar di antaranya Adith Tritama, Yessy, Ressi Dina, Rony Valsa, Aji Ilham, Rita Puspita, Linada Penganten, Yus Ruski, Ollyn Sulam Bukittinggi, Novia Hartini, Hadir Syahzunur, Ikhwan Warna, Andri Tanzil, Ivo Pelaminan dan Olena.
Ketua KDEI Sumbar Novia Hartini menyampaikan komunitas tersebut tidak hanya beranggotakan desainer saja, tetapi juga pengrajin songket dan sulaman yang berada di Sumbar.
COPYRIGHT © ANTARA 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar